OPINI-Pergerakan mahasiswa islam indonesia (PMII) Merupakan organisasi ekstra kampus terbesar di Indonesia, dan kuantitas kader di seluruh kampus mempunyai peran besar dalam mengawal isu daerah maupun nasional. Semua Isu tersebut harus ditangkap dan dikawal oleh seluruh elemen kepengurusan PMII sesuai dengan domisili masing-masing mulai dari tingkat Pengurus Besar (PB) Pengurus Kordinator Cabang (PKC) Pengurus Cabang (PC) Pimpinan Komisariat (PK) Pimpinan Rayon (PR).
Struktur PMII mulai dari tingkat atas yaitu PB sampai yang paling dasar Komisariat dan Rayon yang mempunyai peran penting dalam pengelolaan sumber daya manusia (SDM), untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas anggota dan kader.
PMII mengajarkan kepada anggotanya bahwa, setiap langkah berfikir dan bergerak sudah ada dalam materi dasar, seperti manhajul fikr (landasan berfikir), dan manhajul harakah (landasan bergerak), semua itu sudah termaktub dalam modul Mapaba dan PKD.
Dalam ruang lingkup Komisariat PMII STKIP PGRI Sumenep merupakan anggota terbanyak yang berhasil direkrut setiap tahunnya, dengan ratusan anggota yang mengikuti kegiatan masa penerimaan anggota baru (MAPABA).
Namun, pasca kegiatan MAPABA anggota tidak mampu untuk bertahan dan berproses di Komisariatnya, hal itu bisa di sebabkan oleh, tidak ada kejelasan arah gerak kaderisasi sesuai bakat dan minatnya anggota dan kader, bisa juga ketidakmampuan pimpinan komisariat dan pengurusnya mengelola dan memanajeman program kerjanya secara maksimal, dan juga ketidak solidan sesama pengurus sehingga berdampak kepada kader dan anggota.
Saya selaku kader PMII STKIP ingin melihat nuansa diskursus dialektik yang hidup, tidak hanya ditingkat Komisariat saja namun, hasil dari diskursus mampu menangkap isu sosial lokal maupun nasional, dan di analisis sesuai dengan paham yang kita pelajari pradigma kritis transformatif sehingga ada gerakan sosial yang terbangun secara kolektif dan masif.
