OPINI  

Surat Terbuka Untuk Bupati; Mengawal Krisis Baca Kabupaten Sumenep

Aliya Zahra

Aliya Zahra: Founder Setara Perempuan
banner 120x600
banner 468x60

OPINI–Menyadur dari halaman Wikipedia, Sumenep merupakan salah satu kabupaten yang terletak di kawasan pulau Madura, Jawa Timur. Berdiri pada tanggal 8 Agustus 1950, Hari jadi Sumenep diperingati setiap tahun pada tanggal 31 Oktober. Kabupaten Sumenep terkenal unik karena memiliki banyak kepulauan kecil dengan kearifan lokal yang berbeda-beda.

Dalam perjalanan panjang sejak berdirinya, Sumenep telah mengalami perubahan signifikan dalam hal kesejahteraan masyarakat. Lain-lain disamping itu sejak terpilihnya bapak Fauzi sebagai Bupati sampai hari ini, branding daerah yang dilakukan oleh Pemkab (tentunya Bupati sebagai promotor) juga sangat masif. Terbukti dengan banyaknya event-event mingguan, bulanan, dan tahunan, seperti panggung musik, parade tong-tong, Jaran Serek, dan lain sebagainya.

Disamping hiruk-pikuk sibuknya event daerah yang bersifat momentuman dan kemungkinan hanya sebagian masyarakat yang menikmati manfaatnya, nampaknya Pemkab lupa asas membangun peradaban sehingga indeks literasi Kabupaten Sumenep masih sangat rendah.

Daerah pedesaan, daerah pelosok, dan pulau kecil luput dari perhatian pemerintah dalam hal peningkatan literasi dan minat baca, sehingga tidak ada perkembangan peradaban yang substansial di Sumenep. Maka tak heran jika kultur intelektual kurang diminati, tidak ada pertarungan ide yang dinamis. Mungkinkah ini sebabnya pemuda di Sumenep tidak berdaya di tanahnya sendiri, pemberdayaan strategis termonopoli oleh beberapa investor besar.

Melalui website resmi sumenepkab.go mencatat bahwa pada tahun 2023 kemampuan literasi SD umum negeri/swasta skor tahun ini mencapai 50,45 naik 3,56 dari 2022 (skor 46,89). Jika dirinci SD umum negeri mencapai 50,27 naik 3,21 dari 2022 (skor 47,06) dan SD swasta mencapai 53,07 naik 6,86 dari 2022 (skor 45,21).

Ditambah dengan hasil riset Institut Teknologi Sepuluh Nopember dalam Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat menyebutkan Indeks minat baca di Jawa Timur menduduki peringkat ke 26 dari 34 provinsi di Indonesia. Berdasarkan hasil survei di Desa Gayam, Kecamatan Gayam, Pulau Sapudi, Kabupaten Sumenep, hanya 17% anak yang mempunyai hobi membaca sementara 58% lebih sering meluangkan waktu dengan gadget.

Boleh lah sekali-kali Pemkab melakukan safari ke pelosok desa Sumenep untuk melakukan riset sehingga indeks 50% lebih yang tertera di atas tidak menjadi kepuasan yang menina-bobokan. Secara tak kasat mata, banyak anak usia rentang 7-14 tahun dalam masa sekolah dasar yang berada di lembaga kecil tidak mendapatkan pemahaman literasi yang baik di bagian kecamatan Pasongsongan, Ganding, Guluk-Guluk, dan sekitarnya.

Maka pertanyaannya, adakah langkah pasti kepedulian pemerintah terhadap problematika yang ada, bukan hanya di daerah yg telah disebutkan namun, semua daerah yang ada di Kabupaten Sumenep harus didukung penuh untuk peningkatan minat baca dan literasi. Forum diskusi dan komunitas literasi yang bergerak atas dasar kesadaran murni mencerdaskan bangsa nampaknya kurang diperhatikan.

Seharusnya ada gerakan serius distribusi buku ke berbagai sekolah kecil di desa terpencil yang ada di Kabupaten Sumenep.

*Isi tulisan tanggung jawab penulis.

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *