OPINI  

Meramal Sikap Diamnya Bupati Dibalik Program Pengadaan Batik ASN

Oleh: Kurniadi

Kurniadi, SH (Foto Istimewa)
banner 120x600
banner 468x60

OPINI– Kisruh tentang pengadaan batik untuk Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep yang ramai dibicarakan warga beberapa waktu yang lalu, tak kunjung memperoleh tanggapan dari pemerintah daerah.

Mulai dari Bupati, Kepala Disperindag hingga Kepala Bagian Hukum Pemda, memilih bungkam. Mereka memilih menghindar dari wartawan takut ditanyakan soal itu.

Praktis, pertanyaan kenapa pembelian seragam resmi untuk ASN dibebankan kepada ASN? Kenapa desain batik langsung merujuk pada buah karya pihak tertentu? Apa motivasi pemerintah melakukan itu? Apa hubungan Bupati dengan pemilik Desian sehingga desainnya yang dipilih dan pengadaannya diserahkan kepadanya, tak terjawab. Tak terjelaskan!

Sederet pertanyaan lanjutan lalu menjadi tumplek blek di alam pikir setiap orang dan wartawan, mengikuti sikap diam bupati. Masyarakat pun akhirnya mulai bertanya-tanya, inikah implimentasi dari tagline “Bismillah Melayani” yang konon sudah memperoleh piagam penghargaan karena bupati sukses melaksanakannya? Apakah piagam penghargaan itu tidak diperoleh Bupati dari membeli di toko rongsokan barang bekas?.

Dibawah sikap diam bupati itu saya ingin berpartisipasi dan ikut berspekulasi. Bagi saya, diamnya Bupati itu berayun diantara 2 (dua) kemungkinan.

Pertama; Bupati Malu. Yach, malu. Malu karena programnya ditelanjangi. Malu, karena setelah ditelanjangi ternyata mempertontonkan niat busuknya terbongkar. Pelaku UKM akhirnya tau ternyata pihaknya akan dijadikan komuditas politik untuk tahun 2024. Niat untuk meraup simpati, yang didapat akhirnya kebencian pelaku UKM kepadanya. Bagaimana tidak malu?

Selain itu, masih soal malu, kemaluan Bupati lebih besar dan lebih memanjang lagi karena dari program itu tidak hanya menuai benci dari pelaku UKM, Bupati juga menyadari kalau ASN yang selama ini bekerja kepadanya, terlihat patuh dan hormat kepadanya, ternyata berpotensi menyimpan benci kepadanya.

Pasalnya, ASN merasa diperas dan dipalak terus-menerus. Mulai dari batik Beddei, PIN Bergambar Keris hingga Batik Terak Bulan, ASN yang menanggung derita. Bagaimana mungkin hanya karena ingin dipuji pelaku UKM, pihaknya justru potensi kehilangan dukungan dari ASN?

Yang lebih memalukan lagi, bupati tidak dapat lagi menghindar untuk diberi status bupati bodoh dan sampah. Bodoh, karena tidak mampu membuat alasan-alasan yang masuk akal. Sampah, karena otaknya penuh berisi kotoran busuk.

Yang lebih memalukan pula, bupati karena kebodohannya potensi kehilangan bandar politik untuk kontestasi di Pemilukada 2024 yang akan datang. Bagaimana mungkin akan ada bandar politik yang akan membiayai kepentingannya?

Kedua; Bupati mulai Takut. Yach, takut. Takut karena akibat perbuatannya bisa menyeret dirinya ke balik jeruji besi. Pasalnya, pembuatannya mulai diidentifikasi sebagai tindak pidana pungli. Penipuan dan pemalakan.

Opini ini sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Kurniadi, 31/1/2023

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *