Masih Miris, Rencana Kota Keris

Ritual penjamasan keris dilakukan warga Desa Aeng Tong-Tong, Sumenep, beberapa waktu lalu. (Foto: Farin)
banner 120x600
banner 468x60

SUMENEP, madurachannel.com- Sejak 2014, Kabupaten Sumenep diakui UNESCO sebagai daerah dengan jumlah Mpu (pembuat benda pusaka) terbanyak di dunia. Di tahun itu, UNESCO mencatat ada 648 Mpu yang tinggal di Kabupaten Sumenep. Jumlah ini terbanyak di dunia.

Catatan perjuangan Kepala Daerah Sumenep di era itu, sungguh berat. Menuai decak kagum. Siapapun tahu, untuk mendapat stempel UNESCO sebuah pekerjaan berat.

Melihat rentetan proses yang dilewati, upaya pengenalan Sumenep sebagai Kota Keris hari ini masih ambigu. Diatas kertas, tak sulit-sulit amat meneruskan lanjutan pekerjaan rumah soal keris. Namun nyatanya, masih miris.

“Segala upaya sudah kami lakukan untuk menjadikan keris sebagai ikon Sumenep dan dikenal dunia. Tapi benar, sampai hari ini Sumenep belum berhasil membuka secara umum Museum Keris,” terang Veros Afif, staf ahli Bupati Sumenep bidang Pariwisata, Kamis (29/12/2022).

Saat ini menurut Veros, stand koleksi keris sudah disiapkan pemerintah.

“Sudah ada. Tapi belum dibuka untuk umum. Koleksinya baru sekitar 100 keris. Berkali-kali sudah kami beri masukan di Dinas terkait, agar secepatnya bisa disempurnakan dan dibuka Museum Keris. Tapi memang belum bisa,” akunya.

Bupati Sumenep Ahmad Busyro Karim memberikan penghargaan dan meresmikan monumen Keris di tahun 2014. (Source: Syafanton lontarmadura)

Terpisah, Kurniadi, Kolektor Keris mengaku bingung dengan rencana pemerintah membranding keris.

“Rumah saya di Aeng Tong-Tong. Saya buat Galery Keris. Nanti ada 300-an lebih keris disini. Karena apa? Untuk mendukung pemerintah membranding keris. Sering ada tamu kesini, tapi bingung mau melihat keris dimana. Kalau aktifitas membuat keris memang banyak. Hanya saja, koleksi keris jadi susah ditemui,” terang Kurniadi pada madurachannel.com, Kamis (29/12/2022).

Branding Sumenep Kota Keris dinilai Kurniadi jalan setengah hati.

“Museum Keris gak jelas. Malah lebih mendahulukan pembuatan gerbang keris di perbatasan Sumenep dan Pamekasan. Ibarat membuat rumah, yang dibangun pagarnya dulu. Bukan rumahnya,” imbuh Kurniadi.

Rumah keris dibangun Kurniadi untuk mendukung kerja branding pemerintah daerah mengenalkan Keris. (Foto: Didik Setia Budi)

Rasa bangga dikunjungi Presiden Jokowi, Menparekraf Sandiaga Uno, Gubernur Khofifah, dan tamu nasional lainnya menurut Kurniadi harus disudahi.

“Jika tidak segera dibenahi, soal keris ya akan begitu-begitu aja,” pungkasnya.

Seharusnya, menurut Kurniadi, Bupati Fauzi saat ini ibaratnya melanjutkan kerja branding keris yang telah dilakukan Bupati sebelumnya.

“Tinggal nambal yang kurang-kurang aja kok repotnya setengah mati,” pungkas Kurniadi. (dik/red)

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *