SUMENEP, madurachannel.com- Jargon kota keris, dikritik tokoh pemuda Sumenep Zamrud Khan. Menurutnya, kampanye dan pengenalan seni warisan leluhur itu kurang maksimal dilakukan. Disisi lain, produksi keris itu hanya ada di lokasi tertentu saja di Sumenep.
“Kalau keris ya pasti di Aeng Tong-Tong. Cuma disitu saja. Berbeda dengan batik misalnya, atau garam yang lebih dikenal luas,” kata Zamrud kepada madurachannel.com, Kamis (8/12/2023).
Regenerasi pengrajin keris juga dipandang lambat. Sebab menurut Zamrud, saat ini sulit ditemui kalangan pemuda yang memiliki bakat membuat keris.
“Ini pekerjaan rumah pemerintah untuk memunculkan bibit baru pengrajin keris. Apalagi kita sudah menahbiskan diri sebagai kota keris. Buat monumen keris juga. Jangan sampai simbolisasi ini tidak sesuai dengan fakta di lapangan,” imbuhnya.
Di daerah lain Indonesia, menurut Zamrud banyak juga sentra produksi keris.
“Di Solo atau Jogja misalnya, ada juga yang buat keris. Disana bahkan kita mudah melihat keris buatan pengrajin. Ada di semua sudut kota. Lha, kita ini katanya kota keris. Kok justru lebih sulit melihat itu, dan harus berkunjung langsung ke desa Aeng Tong-Tong,” pungkas pegiat anti narkoba tersebut . (red)