Madurachannel.com- Pagi buta Addul keluar rumah. Udara dingin menusuk tulang. Tanpa jaket, tetap dikayuhnya sepeda phoenix tua. Addul seakan memburu waktu. Didepan pasar bahkan Addul tak menggubris orang yang menyapanya. Ingin segera sampai ke Keraton. Untuk mencari jimat anti KPK. 15 menit perjalanan, Addul pun sampai.
“Ngapain kamu kesini, Dul?” Tiba-tiba saja Asnan muncul didepan Labeng Mesem.
Addul kaget tak menyangka. Sambil tersipu, Addul menjawab: mau nyari jimat anti KPK.
“Hahahaha,” Asnan ketawa.
Addul masih serius. Wajahnya berkeringat. Nafas terengah-engah. Sepeda onthelnya lantas disandarkan di batang pohon. “Kenapa kamu ketawa, Nan?” Tanya Addul.
“Ya kamu itu lucu. Mana ada jimat anti KPK disini, di Keraton. Ngaco kamu, hahahaha,” Asnan terus tertawa.
Disekanya keringat di wajah pakai ujung kaos. Addul mengkode sahabatnya Asnan untuk mendekat.
“Sini bro tak ceritakan sesuatu,” kata Addul. Asnan mulai ikut serius. Berhenti ketawa.
“Kata Pak Apel kemarin, warga Sumenep ini banyak yang punya jimat anti KPK. Terutama pejabatnya. Bandingkan dengan tiga kabupaten lainnya di Madura. Di Bangkalan, dua Bupatinya diangkut KPK. Di Sampang juga sama, proyek bermasalahnya juga diusut KPK. Pamekasan, Bupatinya juga masuk sel KPK gara-gara uang seratus juta. Di Sumenep? Alhamdulillah belum ada. Masih belum ada,” terang Addul panjang lebar.
“Terus hubungannya dengan Keraton apa?” Tanya Asnan penuh selidik.
“Ya itu, kata pak Apel, kalau ingin jimat anti KPK, sering-sering lah datang ke Keraton,” imbuh Addul.
“Oooo…gitu ya?” Asnan mulai yakin.
“Tapi ya gitu, Nan. Jimat anti KPK ini ada masa expirednya. Kalau sudah gak mujarab, bisa gak sakti lagi. Alias luntur. Kalau sudah luntur, ya tinggal nunggu saatnya,” sambung Addul.
Asnan menerawang. Benaknya terheran. Betapa banyak data-data penyimpangan. Secara vulgar bahkan. Tapi karena punya jimat anti KPK, jadi tak terlihat. Atau mungkin masih dihimpun, sambil nunggu jimatnya tak sakti lagi.
“Trus bentuk jimatnya apa, Dul? Saya juga pengen nyari, biar anti KPK,” sahut Asnan ingin tahu.
“Bener mau tahu? Beneran mau tahu?” Addul mulai meledek Asnan.
Tak menjawab, Addul bergegas meninggalkan Asnan sendiri. Mengayuh onthelnya jauh.
“Woy, Dul! Apa jimatnya?” Teriak Asnan di kejauhan. (red)
Bersambung: “belajar nangkap belut yang licin”