CERPEN: Memilih Dokter, untuk BUMD Sakit

Oleh: Didik Setia Budi, rutin pulang pergi Marengan-Kota

Ilustrasi
banner 120x600
banner 468x60

Madurachannel.com- Duduk di gardu kampung, Addul dan Asnan serius ngobrol tentang pemilihan Dirut PD Sumekar.

“Dul, kamu tahu PD Sumekar?” Tanyanya ke Asnan.

“Ya tahu lah. Itu perusahaan daerah milik Pemkab Sumenep. Tertua bahkan, sejak 1960-an. Perusahaan ini jadi embrio lahirnya BUMD lain di Sumenep. BPRS, PT WUS, PT Sumekar, semuanya berawal dari sini,” terang Addul panjang lebar.

“Lha perusahaan se-tua itu kok gak sehat-sehat ya?” Tanya Asnan heran.

“Itulah masalahnya. Ibarat induk perusahaan, PD Sumekar ini kayak ibu yang ditinggalkan anaknya. Semua anaknya sukses, sang induk ya begitulah, merana,” ucap Addul.

“Coba-coba buka internet di HP mu. Lihat website resminya PD Sumekar,” ajak Asnan.

Addul merogoh sakunya. Mengambil HP dan browsing. Agak lama. Kata kunci PD Sumekar di-klik berkali-kali. Addul mengernyitkan dahi.

“Gak ada bro. Gak punya website,” kata Addul ke Asnan.

“Masa sih bro. Ya benar aja gak berkembang. Website aja gak punya,” timpal Asnan manggut-manggut.

Foto ketiga calon Dirut PD Sumekar bersama Bupati Sumenep. (Foto Istimewa)

Di layar HP nampak berita rekrutmen Dirut PD Sumekar. Tiga calon berpose. Wajah ketiganya yakin. Pakai dasi, merah semua.

“Owww, jadi ini ya calon dirutnya?” Kata Addul menunjuk layar HP.

“Husss!” Asnan memotong tiba-tiba.

“Bukan calon Dirut, tapi calon Dokter,” imbuhnya.

“Kok bisa?!” Asnan penasaran.

“Kan nanti tugasnya mengobati PD Sumekar yang sedang sakit. Sakit parah,” keduanya lalu tertawa.

Berdasarkan berita, pelamar calon Dirut semuanya muda. Punya janggut dua. Satunya polosan.

“Andai kamu Bupati, dari tiga orang yang berdiri ini milih sapa?” Asnan mendadak nanya.

Addul kaget, sambil menatap tiga wajah di layar HP. Lalu memejamkan mata. Pipinya memerah. Tangan kirinya memegang perut. Berusaha menahan sesuatu. Dan.

“Tuuuutttttt,” suara kentut terdengar.

“Tunggu ya Nan, saya sakit perut, mau buang air dulu,” kata Addul sambil setengah berlari.

“Kamu milih yang mana, Dul?” Asnan terus mendesak.

“Yang itu aja wes. Yang pakai dasi merah!” Addul teriak di kejauhan.

Asnan bingung. Semua dasinya berwarna merah.

“Anu, Nan. Dasi merah yang baju putih!” Teriak Addul dari dalam kamar mandi. (red)

 

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *