Berita  

CERPEN: Ke Keraton, Addul dan Asnan Mencari Raja

Oleh: Didik Setia Budi. Suka menulis, dimana aja

(ilustrasi istimewa)
banner 468x60

Madurachannel.com- Melepas lelah, Addul dan Asnan wisata ke Kota. Keduanya membeli tiket masuk ke dalam Keraton Sumenep. Tentu, ingin keliling belajar sejarah.

“Sumenep dulu kerajaan, Dul. Punya Raja, punya pasukan, ini keratonnya,” kata Asnan sambil melangkah masuki labeng mesem.

Addul ikut jalan di belakangnya. Kepalanya noleh kanan-kiri, takjub dengan pesona labang mesem. Ibarat rumah, labang mesem adalah pintu utama. Slalu tersenyum, kepada siapa saja.

“Meriam untuk apa, Nan?” Tanya Addul sambil menunjuk besi bulat di sisi barat keraton.

“Itu milik pasukan kerajaan. Untuk nembak musuh. Didalam juga ada tombak, tameng, senjata milik pasukan. Kerajaan itu harus kuat, Dul. Biar wibawa dan ditakuti musuh, ” terang Asnan.

Keduanya lalu jalan di lorong utama Keraton. Suasana nampak Asri. Pendopo Keraton juga terlihat kokoh.

“Dulu Raja Sumenep sangat dicintai rakyatnya Dul. Cinta yang tulus. Karena kerja kerasnya, karena jiwa ksatria-nya melindungi rakyat. Belum ada media massa saat itu. Jadi sang Raja benar-benar anti pencitraan. Disatu sisi, Raja miliki karya nyata. Contohnya Masjid Jamik yang dibangun di masa pemerintahan Sultan Abdurrahman,” terang Asnan panjang Lebar. Addul antusias menyimak.

Generasi muda, kata Asnan wajib mengenal sejarah kotanya. “Ya dengan berkunjung ke museum Keraton Sumenep,” katanya.

Sebelum keluar areal keraton, tiba-tiba Addul penasaran. “Sekarang Keraton dihuni siapa, Nan?” Tanyanya.

“Ya dihuni oleh Bupati Sumenep sebagai orang tertinggi dalam struktur pemerintahan. Karena sudah tidak ada lagi kepemimpinan Raja,” jawab Asnan.

“Masa sih, Nan?” Kayaknya masih ada kok yang lebih berkuasa diatas Bupati,” Addul berusaha meyakinkan.

“Ah, kamu jangan ngawur, Dul,” kata Asnan mengingatkan.

“Ya sudah kalau gak percaya. Kata orang begitu. Sumenep punya Bupati, tapi ada lagi diatasnya, sosok Raja. Sering memerintah, kayak jaman kerajaan dulu,” Addul melanjutkan.

Hingga keluar Keraton, kepala Asnan penuh tanda tanya. Disampingnya, Addul, jalan tersenyum di pintu tersenyum. (red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *