Cerpen: Addul Asnan Minta Kereta..!

Oleh Didik Setia Budi. tinggal di marengan, belakang smp lima

banner 120x600
banner 468x60

Madurachannel.com- Naik bravo, Addul-Asnan keluar malam. Ke pasar malam, lapangan Bumi Sumekar. Asnan penasaran dengan bentuk kereta api. Karena itu, dia mengajak sobatnya untuk melihat bentuknya dari
dekat. Sebab seminggu terakhir, berita tentang reaktivasi kereta api, mengemuka.

“Katanya mau ada kereta api lagi, Dul. Nanti dari Sumenep ke Bangkalan, bisa naik kereta,” kata Asnan di tengah jalan.

“Mau lewat mana, wong jalurnya aja gak ada,” Addul tak percaya.

“Itu di berita-berita. Katanya ini serius. Disampaikan didepan menteri dan petinggi DPR RI. Tempo hari,” imbuh Asnan.

“Ooo..gitu ya!?” Sahut Addul pendek.

Bravo menderu memecah kota. Asapnya mengepul di belakang roda. Mirip jet. Lewat lingkar timur, Asnan kemudian belok kanan di pertigaan. 10 menit setelahnya, mereka pun sampai. Bravo diparkir.

“Ayo turun, cepet Dul,” ajak Asnan tergesa-gesa. Addul jalan nyincing sarungnya. Lapangan becek karena hujan. Mereka jalan menuju stand mainan kereta.

“Itu Dul namanya kereta,” ujar Asnan sambil memegang besi pembatas arena.

Puluhan anak kecil nampak sumringah duduk diatas kereta. Badan mungil mereka diikat tali pengaman. Sesekali, para anak melambai ke orang tua mereka. Laju kereta diiringi musik, upin-ipin.

Entah kenapa wajah Addul mendadak pesimis. Melihat kereta api didepannya, dia mulai bicara.

“Aktivasi jalur kereta itu bukan perkara mudah. Rel besinya sudah banyak hilang. Area bekas jalan keretanya juga banyak dihuni warga. Kalau jalur diaktifkan, berarti harus menggusur rumah-rumah kan? Kok jahat?” Tanya Addul ke Asnan. Kepala Asnan nampak mikir.

“Nan, bukannya gak sepakat usulan Bupati. Tapi kalau mikir terobosan yang agak populis-lah. Masalah transportasi di Madura memang penting. Tapi yang solutif lah. Masa kalah sama pegadaian,” kata Addul.

“Maksudnya?” Asnan bingung.

“Ya iyalah, pegadaian itu mengatasi masalah tanpa masalah. Lah ini kereta, mengatasi masalah, tambah masalah,” imbuh Addul cengengesan.

“Woyyyyy, Addul..Asnan…!” Suara Pak Apel terdengar dari atas bianglala. Addul-Asnan menengadah. Tampak pak Apel sedang menghibur cucunya, Icrit.

“Tunggu disitu sebentar ya,” perintah Pak Apel.

5 menit kemudian pak Apel datang. Icrit dibelikan tiket naik kereta. Wajahnya tampak senang. Kereta kembali berputar. Lagunya bukan upin ipin lagi, tapi pelangi-pelangi.

“Pak Apel, sampean setuju ada kereta?” Addul nanya. Pak Apel tak menjawab.

“Kalau kami gak setuju. Pak Apel gimana?” Tanya Addul-Asnan bersamaan. Pak apel mulai memasang mimik serius.

“Dul, Nan, naik kereta itu gak enak, kita duduk mental-mental di kursinya. Sama dengan kondisi sekarang ini. Kalau kita naik mobil atau motor, pasti mental-mental. Karena jalan kita banyak yang lubang dan gak rata,” terang Pak Apel.

“Solusinya gimana, Pak Apel?” Tanya Addul-Asnan.

“Ya mending perbaiki jalan saja. Kalau jalan halus, rakyat gembira. Gak usah kereta-keretaan. Atau jika Bupati bersikeras mau menghadirkan kereta di Madura…mending bikin kereta api gini saja. Kita taruh di lapangan Gor Ahmad Yani. Hiburan gratis bagi semua anak di Sumenep,” ujar Pak Apel mantap melihat kereta yang dinaiki cucunya, Icrit.

Addul dan Asnan manggut-manggut. Mereka ikut melambaikan tangan ke Icrit. Icrit terus bahagia diatas kereta. Sebelum akhirnya Icrit terdiam. Lagu yang diputar kereta mendadak berubah. Bukan lagu anak lagi. Tapi lagu sendu, sempat viral, judulnya: mencintai tanpa dicintai..! (red)

 

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *